Budaya tawar-menawar (dengan kata halus = negosiasi) masih mewarnai kehidupan sehari-hari. Pasar swalayan selalu menyediakan barang dengan harga yang sudah tidak bisa ditawar. Tetapi, pasar tradisional masih memberikan keleluasaan dalam menawar harga maupun jumlah barang yang menjadi objek transaksi.
Begitu pula di dunia bisnis. Sangat berat ketika sebuah bisnis diperhadapkan masalah kualitas, biaya dan waktu. Kualitas selalu dikaitkan dengan kepuasan secara fisik dari object atau intangible dari sebuah jasa yang berkaitan dengan standard individu. Biaya berkaitan dengan harga atau uang yang perlu dikeluarkan terhadap sebuah transaksi. Dan waktu dihubungkan dengan besaran secara waktu yang diperlukan untuk sebuah transaksi.
Ketika membaca artikel http://www.detikfinance.com/read/2009/02/23/144519/1089091/4/china-tahan-pembiayaan-proyek-10000-mw-karena-kasus-merpati
sungguh sangat geli, ketika sebuah negosiasi bisnis bisa mempengaruhi bisnis yang lainnya. Dan, integrated bisnis seperti yang dilakukan pemerintah China memberi kekuatan pada ekonomi domestik dan memperkuat spekulasi bisnis di mata international.
Ketika sebuah pihak memiliki bargaining power (contoh: pihak kedua memiliki ketergantungan mutlak pada pihak kesatu), maka dapat dipastikan (integrated) negosiasi bisnis bisa mempengaruhi pihak kedua. Dengan integrated negosiasi bisnis yang dilakukan China, maka ekonomi di China pun bisa semakin kuat dan tidak mudah "dipermainkan" oleh pihak-pihak yang "mau seenaknya sendiri". Bahkan, bukan hanya pihak kesatu dan pihak kedua yang akan berkaitan dalam negosiasi bisnis tersebut, melainkan pihak ketiga yang merupakan bagian dari pihak kesatu pun perlu melakukan re-negosiasi untuk menyelamatkan pihak kesatu, sebagai sebuah kesatuan policy.
Hati-hati dalam melakukan negosiasi di era integrated-business ini. Budaya tawar-menawar itu bagus. Tapi, kalau sudah komitmen..... mari kita lakukan komitmen itu dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
-------------------------------
Jakarta - Lembaga keuangan China menahan kucuran pendanaan untuk proyek 10.000 MW tahap pertama karena masalah pembelian pesawat oleh Merpati dari pabrikan China, Xian Aircraft Industry Company Ltd.
Demikian disampaikan Mentei ESDM Purnomo Yusgiantoro di sela-sela raker dengan Komisi VII di gedung DPR, Jakarta, Senin (23/2/2009). "China menahan pencarian dana untuk 10.000 MW tahap pertama karena semula Merpati mau beli pesawat dari perusahaan China tapi ternyata dibatalkan karena harga pesawat dinilai terlalu tinggi. Makanya China menahan kucuran dana untuk pembangunan 10.000 MW pertama," katanya.
Ketika dikonfirmasi apa benar pembatalan pembelian pesawat menjadi kendala kucuran dana dari China, Purnomo kembali menegaskan. "Mereka memang menggunakan itu untuk tahan aliran dana ke proyek 10.000 MW tahap pertama. Makanya kami ingin klarifiaksi itu dengan pemerintah China. Jangan sampai itu dilakukan, karena kami akan kesulitan dengan masalah Merpati ini," tegasnya.
Purnomo menjelaskan, sebelumnya Merpati berencana membeli 15 pesawat dari Xian Aircraft Industry Company Ltd.Merpati rencananya memang membeli 15 unit pesawat dari produsen pesawat asal China yaitu Xian Aircraft Industry Company Ltd . Dari 15 unit pesawat jenis MA 60 itu sudah 2 unit didatangkan ke Indonesia sementara 13 unit lainnya masih tertunda.
Namun karena harganya dinilai terlalu tinggi, Merpati berencana menegosiasi ulang harga dan jumlah pesawat yang akan dibelinya. Namun pabrikan China tidak terima dan mengancam akan menggugat Merpati sebesar US$ 1 miliar. Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu kini memimpin tim negosiasi untuk membereskan masalah Merpati-Xian ini.
Personal Branding
10 years ago
No comments:
Post a Comment