Ketika kita hanya melihat industri dari sudut pandang yang sempit, maka kita tidak bisa mengambil kebijakan yang tepat. Isu tentang hemat energi yang akan ditelurkan berupa SKB menteri terkait dengan terbatasnya pasokan listrik membuat para pelaku industri langsung bereaksi keras dan memberi banyak komentar seputar hal ini.
Bisa dibayangkan bagaimana sektor industri Cold storage yang memerlukan pasokan listrik 24 jam untuk membuat produknya tetapi dalam mata rantai dingin (cold chain system). Belum lagi industri pertanian, peternakan, perikanan yang memang memerlukan pasokan listrik yang tidak seperti keadaan pabrik manufaktur biasanya. (pabrik manufaktur bisa disesuaikan dengan jumlah shift, tetapi industri yang berhubungan dengan mahluk hidup tentunya berbeda dengan benda mati).
Pantas saja, yang mengecam kebijakan ini justru dari para pengusaha di bidang makanan, terutama perikanan. Negara Indonesia sebagai negara maritim perlu melihat aspek industri bukan hanya dari kacamata industri manufaktur semata. Bahkan, pengaturan shift industri yang memerlukan 24 jam pasti mempertimbangkan faktor efisiensi penggunaan listrik. Dan, ketika pengaturan jam kerja diberlakukan, tentunya kapasitas produksi akan berkurang dan investor perlu menanamkan investasi pada pabrik baru dengan lokasi yang berbeda demi menyelamatkan negara yang sedang krisis energi. Sangat konyol bukan ?
Implikasi negatif dari kebijakan ini bukan hanya pada sisi industrinya saja, tetapi juga berdampak pada buruh sekaligus investasi di Indonesia. Terbukti, harian Bisnis Indonesia online mencatat setidaknya 400 perusahaan Jepang mengancam untuk undur dari Indonesia jikalau pemerintah tidak bisa mengatasi krisis energi. Sungguh ironis bukan ?
Sepertinya, kebijakan ataupun efisiensi tidak bisa dilakukan dalam kasus ini. Pemerintah harus segera mencari solusi bagaimana meningkatkan pasokan listrik nasional untuk meningkatkan perekonomian bangsa, bukan dengan memberi pembatasan tetapi dengan eksplorasi dan pemanfaatan sumber daya yang begitu berlimpah di negara kita. Bagaimana tanggapan para pakar energi ?
Personal Branding
11 years ago
No comments:
Post a Comment