Monday, July 14, 2008

Dampak pemadaman listrik bergilir di Indonesia

Berdasarkan survey literatur, berikut ini list beberapa kerugianakibat pemadaman 8 jam kerja:

1. pabrik spinning (dgn 60 mesin) -- rugi Rp. 900 juta / jam

2. pabrik weaving (dgn 50-100 unit mesin) -- rugi Rp. 315 juta/ jam

3. pabrik garmen (15 line mesin) -- rugi Rp. 270 juta / jam.

4. pabrik es (kapasitas produksi 30-40 ton) -- rugi 300 juta persekali pemadaman.

5. pabrik susu -- rugi Rp. 180,9 juta per pemadaman.

dll. dsb.

Biaya kerugian produksi ini belum lagi ditambah dengan kerusakanmesin atau peningkatan biaya maintenance akibat mendadaknya pemadaman listrik (perubahan jadual pemadaman listrik). Belum lagi penurunan kualitas akibat pemadaman listrik (seperti susu dan es) atau bahkan pabrik pengolahan yang lainnya. Ditambah lagi biaya keterlambatan pengiriman yang telah direncakan akibat penyesuaian jam kerja. (jadi pusing deh.... )

Ini masih beberapa contoh, belum termasuk industri2 lain yang lebih signifikan seperti pengolahan hasil laut yang membutuhkan konsistensi suhu tertentu.

Industri hulu (eksplorasi dan produksi) dan hilir (pemasaran danniaga) merupakan pendongkak perekonomian Indonesia dengan perkiraan lebih dari 75% PDB nasional. Jadi, bisa dibayangkan negara akan mengalami penurunan PDB dari sektor industri riil yang sangat signifikan hanya karena akibat pemadaman listrik bergilir. Dan pertumbuhan ekonomi Indonesia dipastikan akan melorot di tahun 2008 ini. Dan, media sudah menyorot bagaimana sikap investor asing terhadap masalah ini.

SKB menteri sepertinya bukanlah sebuah alternatif yang harus diambil untuk stabilitas pasokan listrik. Tapi, mau bagaimana lagi kalau melihat potensi listrik nasional yang tidak bisa memenuhi permintaan. Semoga permasalahan ini dapat segera diselesaikan oleh pemerintah kita. dan semoga aja PLTU Indramayu, PLTU Rembang, dan PLTU Labuanyang sedang dibangun bisa berjalan sesuai rencana, meski jumlah pasokannya belum tercukupi.

No comments: